Jumat, 30 Desember 2011

Mekanisme Deterjensi

Pada industri tekstil, banyak sekali proses yang melibatkan deterjensi pada kain. Salah satunya adalah pada proses scouring. Pada proses scouring minyak-minyak/kotoran yang ada pada kain akan dihilangkan dengan proses penyabunan.Dalam kegiatan sehari-hari juga tentunya proses deterjensi akan kita temui. Misalnya saat kita mencuci pakaian, yang tadinya kotor menjadi bersih.

Namun bagaimana mekanisme penghilangan kotoran tersebut???

Tentunya penghilangan kotoran akan berjalan jika ada zat aktif permukaan, yang memiliki bagian hidrofil dan hidrofob. bagian hidrofob akan menempel pada kain dan kotoran, sedangkan bagian hidrofil akan menempel pada air (gambar a).
Dengan adanya ZAP tersebut sudut antarmuka kotoran dengan kain akan semakin membesar, dan kotoran akan berubah menjadi bulat. (gambar b)
setelah itu, ada hal lain yang sama pentingnya dengan ZAP, yaitu gerakan mekanik dari luar seperti pengadukan, putaran pada mesin cuci ataupun gerakan tangan. Gerakan mekanik ini akan menarik ZAP dan dan kotoran sehingga kotoran akan lepas dan terdispersikan dalam air dan hilang pada saat pembilasan. (gambar c).


Read More >>

Minggu, 25 Desember 2011

Membedakan sutra asli atau palsu, silk or silky?

hati-hati,,, itulah kata yang dapat saya katakan kepada orang yang suka membeli kain sutra.

dengan semakin canggihnya teknologi tekstil, banyak produsen yang membuat serat sesuai yang mereka inginkan, apakah kain ingin mengkilap? langsai? tebal? tipis? lemut? bahkan keras sekalipun.
namun kali ini saya hanya akan memperingatkan kepada orang yang akan mebeli kain sutra yang harganya lumayan mahal. banyak pedagang yang menawarkan produknya dan meyebutkan bahwa produknya terbuat dari sutra. Sekilas kainnya sama, pegangan lembut, dan kain mengkilap. namun apakah itu benar-benar dari sutra?
okeh kali ini kita bahas mana sutra yang asli dan mana sutra yang palsu alias boongan.
ada dua istilah yang pertama adalah "silk" yaitu sutra dan yang kedua adalah "silky" bahan yang menyerupai sutra, dengan sifat-sifat yang hampir sama dengan silk.
bagaimana cara membedakan antara silk dan silky?caranya gampang, walaupun sifat langsai dan kilapnya udah sama, tapi ada satu sifat silk yan tidak dimiliki oleh silky, yaitu bunyi gemerisik sebagai ciri khas dari sutra yang asli/silk.
untuk mendapatkan suara gemersik itu cukup mudah, kita tiggal menggosokan 2 lembar kain dengan tangan kita, kalo silk akan keluar bunyi gemerisik *kresek kresek kresek,,, he,,, sedangkan untuk silky tidak ada bunyi yang seperti itu
nah sekarang udah tau kan bedanya silky sama silk, so jangan ketipu lagi ia, beli barang murah dengan harga tinggi ^^,


Read More >>

Pencelupan poliester belang?

Celup poliester kok masi belang?padahal migrasi zat warna tinggi! Kenapa bisa terjadi?

Salah satu proses persiapan penyempurnaan pada kain poliester adalah pengurangan berat, dimana permukaan serat poliester akan dikikis melalui reaksi hidrolisa oleh NaOH. Pada saat terjadinya reaksi hidrolisa tersebut, polimer poliseter akan terputus menjadi monomer-monomer ester. Namun terkadang monomer-monomer itu akan berikatan kembali menjadi oligomer ester dan menempel pada permukaan kain.

apa yang akan terjadi?
kali ini saya akan menjelaskan sedikit dampak dari oligomer yang menempel pada permukaan kain.

Jangan aneh jika kita menemukan belang bintik2 berwarna lebih tua dari warna yang kita inginkan. hal tersebut bisa terjadi karena adanya oligomer-oligomer serat poliester yang menempel kembali pada kain setelah proses weight reduce (pengurangan berat). Menempelnya oligomer itu disebabkan pada saat proses weight reduce tidak ditambah zat anti oligomer. Sehingga setelah proses hidrolisa serat, monomer-monomer ester akan kembali membentuk oligomer poliester yang dapat menempel pada kain.
Tapi apa hubungannya dengan terjadinya belang? belang tersebut diakibatkan oleh oligomer yang memiliki derajat polimerisasi lebih rendah daripada polimer poliester, sehingga oligomer tersebut akan lebih menyerap zat warna lebih banyak daripada polimer poliester itu sendiri. Hal itu menyebabkan oligomer berwarna lebih tua dan terbentuklah bintik-bintik berwarna lebih tua pada kain.
Read More >>

Kamis, 15 Desember 2011

Metoda pembuatan Nano partikel Perak


Nanoteknologi          
Nano adalah satuan panjang sebesar sepertriliun meter (1 nm=10-9m). Ukuran tersebut 1000x lebih kecil dari diameter rambut manusia (80 11/4m). Bahan nano merupakan jembatan antara molekul dan bahan berukuran mikrometer dengan menggunakan skala nanometer, atau sepersemilyar meter, merupakan teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau satu per miliar meter, dan merupakan lompatan teknologi untuk mengubah dunia materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya. Ukurannya yang teramat kecil dan mempunyai jumlah luas permukaan yang besar adalah suatu ciri yang unik sehingga ia memiliki sifat toksik akibat dari permukaan yang besar dan berkait rapat. Kajian mendapati kesan toksik yang lebih tinggi bagi partikel nano dibandingkan bagi bahan yang sama pada ukuran yang lebih besar. Perkembangan nanoteknologi dapat meningkatkan nilai tambah pada serat tekstil.

Nanosilver
Nano silver merupakan salah satu produk berbasis nanoteknologi.. Nano silver bersifat anti bakteri dan anti virus akan sangat membantu dalam hal mengatasi berbagai masalah yang bisa ditimbulkan oleh bakteri dan virus. Nano silver ini dalam bentuk colloid Dalam aplikasinya dapat digunakan pada tekstil dengan fungsi khusus, salah satunya adalah sifat antimikroba, untuk menghasilkan produk antimikroba ini dapat dilakukan melalui rekayasa partikel seperti perak dengan ukuran antara 1 hingga 100 nanometer. Perak merupakan logam yang umum digunakan, karena sifat toksiknya rendah terhadap kulit manusia.
Tujuan ion silver dibuat nano karena virus, bakteri dan pathogen adalah partikel yang paling kecil yang hidup dalam organisme biologi. Agar perak dapat bekerja efektif, maka ukuran perak harus lebih kecil dari pada virus, bakteri maupun pathogen lainnya.
Pada prinsipnya cara kerja/degradasi bakteri maupun virus oleh ion silver adalah partikel perak akan merusak dan menembus dinding sel bakteri, kemudian akan masuk kedalam gugus tiol bakteri dan berikatan dengan gugus sulfidril pada bakteri sehingga akan mencegah produksi enzyme pada bakteri. Selanjutnya partikel perak akan menghambat pertumbuhan DNA dan akhirnya bakteri mati.  
Ion perak bersifat netral didalam air, tahan asam, garam dan berbasa lemah. Stabilitas yang baik terhadap panas dan cahaya. Memiliki daya anti bakteri yang tahan lama. Semakin kecil ukuran partikel, pengaruh gaya gravitasi semakin dapat diabaikan. Sedangkan peningkatan muatan dan kimia permukaan memungkinkan adanya gaya tolak menolak antar partikel sehingga partikel dapat terdispersi dalam air.

Metode pembuatan Nanopartikel Perak
Banyak metoda yang banyak digunakan untuk memproduksi nano partikel, seperti metoda reduksi kimia, fotokimia, sonokimia dan aerosol.
1.    Metoda Reduksi Kimia
            Pada metode ini digunakan proses reaksi reduksi pada garam-garam perak seperti perak nitrat, perak sulfat, perak perflorat, dan garam-garam yang mengandung perak lainnya. Metode ini sering digunakan karena alasan kemudahan dan biaya yang relative murah.
1.1 Zat yang digunakan       
Zat-zat lain yang digunakan untuk pembuatan nano partikel perak yaitu stabilisator, zat pengikat, zat pereduksi, aquades, dan katalis untuk mempercepat reaksi.
            Stabilisator dari zat aktif permukaan termasuk zap anionic, zap kationik, zap amfoter, dan nonionic. Stabilisator berfungsi untuk mencegah agregasi dari partikel nano dengan cara membuat lapisan pelindung antara partikel untuk mempersulit pergerakan atom. Penelitian yang telah dilakuakn zat-zat yang sering digunakan sebagai stabilisator pada partikel nano ini adalah sodium deodesil sulfat (SDS), polifinil pirolidon(PVP), polivinil alcohol (PVA), namun zat yang sering digunakan adalah PVP.
             Zat pereduksi digunakan untuk mereduksi yang ada pada garam logam menjadi atom, zat –zat pereduksi yang biasa digunakan ialah, natrium borohibrida (NaBH4), hidrazin (N2H4), formaldehd (HCHO), glukosa (C6H12O6.H2O), trisodium sitrat (2Na.C6H5O7.1H2O), dan lain-lain. Perbandingan garam perak dengan zat pereduksi yang digunakan yaitu 1:8.
            Zat yang paling sering digunakan yaitu glukosa, karena glukosa merupakan zat reduktor lemah. Katalis digunakan untuk mempercepat reaksi. Zat pereduksi akan bekerja pada suasana alkali. dengan kata lain, penambahan alkali dapat  menyelesaikan reaksi dalam waktu jangka pendek. Senyawa yang digunakan umumnya mengandung ion hidroksida (OH) , contoh nya seperti NaOH.
            Selanjutnya zat yang digunakan yaitu zat pengikat. Fungsi dari zat ini untuk mengatur konsentrasi ion logam bebas dalam larutan. Seperti halnya stablisator zat ini berfungsi mencegah pembentukan agregasi, sehingga ukran partikel dapat diatur. Zat yang biasa digunakan yaitu urea (CO(NH2)2) karena alasan kemudahan dan biayanya relative murah[3].
1.2    Tahapan proses
Garam perak dialirkan menggunakan mikrofluida dengan kecepatan aliran antara 3 – 10 ml/menit, sedangkan kecepatan alir zat pereduksi sekitar 1 ml/menit pada suhu 0oC. Selanjutnya zat stabilisator dimasukkan dan diaduk pada suhu 10 – 60oC. nanopartikel yang terbentuk pada proses ini akan stabil dalam larutan.
Mekanisme reaksi pembuatan nanopartikel perak dari AgNO3 dengan reduktor trisodium sitrat[2]:
 4Ag+ + C6H5O7Na3 + 2H2O    ---->     4Ag0 + C6H5O7H3 + 3Na+ + H+ + O2   

1.3 Kekurangan dan Kelebihan
Adapun kekurangan dan kelebihan dari metoda reduksi kimia adalah sebagai berikut:
a.    Kelebihan:
1.    Mudah dilakukan
2.    Biaya murah
3.    Peralatan sederhana
4.    Cocok digunakan untuk skala kecil
5.    Partikel yang dihasilkan lebih besar dari 40 nm
b.    Kekurangan:
1.    Distribusi partikel sulit untuk dikendalikan
2.    Membutuhkan banyak zat kimia
3.    Polusi cukup tinggi

2.    Metoda Foto Kimia
2.1 Fotokatalis
Pembuatan nanopartikel perak dengan menggunakan metoda ini didasari oleh transformasi kimiawi perak klorida pada permukaan kain menjadi logam perak dengan bantuan radiasi tinggi dari sinar UV.
Fotokatalisis (menurut IUPAC) suatu reaksi katalitik yangg melibatkan absorpsi cahaya oleh katalis atau substrat tertentu. Dapat juga didefinisikan sbg suatu proses kombinasi antara fotokimia dan katalis, yaitu suatu proses transfor-masi kimiawi dg melibatkan cahaya sebagai pemicu dan katalis sebagai pemercepat proses transformasi tsb (Serpone, 2002)
2.2 Tahapan Proses
Kain di benam-peras pada larutan yang mengandung perak nitrat, lalu dikeringkan pada suhu 60oC. kemudian benam-peras (80%) kembali pada larutan NaCl dan keringkan kembali. Konsentrasi NaCl pada bak larutan harus diperhitungkan sesuai dengan stoikiometri agar dapat merubah Perak Nitrat menjadi Perak Klorida.
Selanjutnya kain diradiasi dengan kekuatan tinggi selama 24 detik dengan menggunakan radiator UV HF4 – CENARO dengan lampu 2850 W. Dengan radiasi tinggi tersebut dapat menurunkan muatan positif ion logam dan membentuk nanopartikel perak. Hasil dari cara ini bisa mendapatkan perak dengan ukuran 5-30 nm[6].

2.3 Kelebihan dan Kekurangan metoda Fotokimia
a. Kelebihan dari metoda ini adalah :
1.  prosesnya cepat dan bisa langsung diaplikasikan pada kain sehingga dapat lebih menghemat waktu dan biaya produksi.
2. Jika kita menghendaki pencelupan warna abu-abu, maka kita dapat mengeliminasi pencelupan tersebut.
3.    Dapat dilakukan dengan metoda kontinyu
4.    Ketahanan cuci baik.
b.    Kelemahan dari metoda ini yaitu:
1.    Kain yang telah dicelup akan mengalami perbedaan warna menjadi kearah abu, dimana semakin tinggi konsentrasi perak, perbedaan warna akan semakin tinggi, untuk konsentrasi perak 1% perbedaan warnanya mencapai 47,747. Warna kain menjadi semakin gelap (-L*). Untuk mengantisipasi hal itu, pada proses pencelupan sebaiknya diberi warna hitam agar perbedaan warna tidak terlalu jauh,  walaupun hasilnya masih memberikan nilai beda warna sebesar 2,8%.
2.     distribusi partikel nano masih besar, yaitu sekitar 77.7 nm – 824,6 nm.

3.    Metoda Sonokimia
3.1 Proses Sonokimia
Sonokimia adalah aplikasi ultasonik untuk reaksi dan proses kimiawi.  Sonokimia umumnya ditunjukan dalam medium cair. Suara ultra sonic yang digunakan sebesar 20 KHz – 1MHz. Suara ultrasonik yang menjalar didalam medium cair sehingga membentuk gelembung atau rongga (cavity) mikroskopik dengan sangat cepat dan  dapat memisahkan ikatan Van der Waals, membutuhkan tenaga 105W/cm2, dilain pihak pada kekuatan 0,3W/cm2 air akan membentuk hydrogen peroksida. Selanjutnya gelembung tersebut akan membesar karena ada difusi dari perak. Pada saat volume maksimum, gelembung-gelembung tersebut akan pecah dan akan meningkatkan temperature menjadi 5000K dengan tekanan 1000 atmosfer dan memiliki kecepatan pemanasan-pendinginan 1010 K/s.  Pada keadaan itu ikatan kimia silver akan terlepas menjadi nano partikel. Selama terjadinya gelembung-gelembung, kondisi fisika-kimia suatu reaksi bisa berubah drastis namun suhu medium yang teramati tetaplah dingin karena proses terbentuk dan pecahnya gelembung tadi terjadi dalam skala mikroskopik[8].
3.2    Metoda sonokimia dengan teknik radiasi pada kain
Saat ini banyak dilakukan penelitian metoda disperse sonokimia pada partikel logam oksida pada tekstil. Pada dasarnya metoda ini sama dengan pembuatan partikel nanoperak cara sonokimia standar, yaitu dengan menggunakan radiasi ultrasonic, namun pada metoda ini radiasi dilakukan simultan dengan proses coating pada kain.
Langkah pertama, siapkan larutan etanol-air, kemudian masukkan perak dioksida. Atur pH pada suasana alkali dengan menambahkan larutan ammonia sampai pH 8. Hilangkan sisa CO2/udara dengan menggunakan argon selama 1 jam pada suhu 30oC. Selanjutnya radiasi dengan ultrasonic intensitas tinggi sebesar 20 kHz dengan kekuatan 1,5 kW. Terakhir dilakukan pencucian untuk menghilangkan sisa-sisa ammonia kemudian keringkan dengan udara[7].
3.3    Kekurangan dan Kelebihan
Adapun kekurangan dan kelebihan dari proses sonokimia adalah sebagai berikut:
a.    Kelebihan
1.    Distribusi ukuran nanaopartikel merata
2.    Ukuran nanopartikel dapat dikontrol
3.    Warna dan texture kain tidak berubah
4.    Pada saat proses radiasi, bakteri yang ada pada kain akan mati
b.    Kekurangan
1.    Proses radiasi lama minimum 1 jam
2.    Peralatan rumit

4.    Metoda Aerosol
Metoda lainnya yaitu metoda aerosol. Metoda ini akan mendispersikan partikel perak dalam gas, sehingga muatan pada ion perak akan lebih stabil didalamnya. Zat yang digunakan adalah eminopropiltrietoksilan, AgNO3, air distilasi, dan etanol sebagai carier gas.
4.1 Tahapan Proses
Aminopropilmethoksilan, AgNO3, Air deionisasi, dan ethanol dicampurkan. Kemudian dipanaskan sampai ethanol menguap sehingga membentuk suspense dalam gas. Pada saat pemanasan logam perak akan tereduksi oleh etanol membentuk struktur nano partikel dalam bentuk kerangka matrik silica.
Selanjutnya dilakukan penangkapan partikel, partikel collector di atur pada suhu 80oC untuk menjaga partikel aerosol tetap kering dan mencegah aglomerasi. Komposit nanopartikel dapat terjaga sebagai carrier gas dan terkumpul dalam filter.[10]
4.2 Kekurangan dan Kelebihan
Adapun kekurangan dan kelebihan dari metoda ini adalah sebagai berikut:
a.    Kelebihan:
1.    Biaya produksi rendah untuk skala produksi yang besar
2.    Molekul terdispersi secara monomolekuler
3.    Tahap penguapan dan reaksinya dapat dikontrol
4.    Prosesnya cepat dan fleksibel
5.    Tingkat polusi rendah
6.    Ukuran partikel dapat dikontrol dengan mudah
7.    Bubuk perak dapat terdispersi dalam air
b.    Kekurangan:
1.    Peralatan cukup rumit
2.    Tidak cocok untuk produksi skala kecil

Kesimpulan
Beberapa metode dalam pembuatan nano partikel perak telah banyak dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang baik terhadap ukuran nanopartikel perak ini. Dalam metode pembuatannya dapat digunakan metode reduksi kimia, metode sonokimia, metode fotokimia, dan metode aerosol. Pada beberapa metode ini yang banyak digunakan karena kemudahan dan biayanya yaitu metoda reduksi.



PUSTAKA
1.      _____. Absorption ans swelling characteristics of silver (I) anti microbial wound dressings. Textile Research Journal vol.78.2008.
2.      Agus Haryono, Sri Budi Harmami. Aplikasi Nanopartikel Perak pada Serat Katun sebagai Produk Jadi Tekstil Antimikroba. Jurnal Kimia Indonesia. 2010.
3.      Chou et al.. high concentration Nano Scale Silver Colloidal Solution and Preparing Process Thereof. United States Patent Application Publication. 2008.
4.      Didenko et al.. Controlled Synthesis of Nanoparticles Using Continuous Liquid-flow Aerosol Method. United States Patent Application Publication. 2011.
5.      Durán, Nelson. Antibacterial Effect of Silver Nanoparticles Produced by Fungal Process on Textile Fabrics and Their Effluent Treatment. Journal of Biomedical Nanotechnology, vol 3. 2007.
6.      Filipowska, Barbara, et.al.. New Method For The Antibacterial And Antifungal Modification Of Silver Finished Textiles. Fibres and Textile in Eastern Europe, vol 19. 2011.
7.      Gedanken et al.. Sonochemical Coating of Textiles with Metal Oxide Nanoparticles for Antimicrobial Fabrics. United States Patent Application Publication. 2011.
8.      Gedanken, Aharon. Sonochemistry and Its Aplication to Nanochemistry. Current Science, vol 85. 2003.
9.      Hussain et al.. Novel Method of Manufacturing of Silver Oxide Nano Particles. United States Patent Application Publication. 2009.
10.  Jiang et al.. Aerosol Method for Nano Silver-Silica Composite Anti-Microbial Agent. United States Patent Application Publication. 2009.
11.  Johnson. Apparatus for Producing Nano-Particles of Silver. United States Patent Application Publication. 2008.
12.  Matsunami et.al.. Nano-particles and Process for Producing Nano-particles. United States Patent Application Publication. 2007.
13.  Sastry, et al. Process for The preparation of Silver Nanoparticle. United States Patent Application Publication. 2011.
14.  Sounderya, Nagarajan, et al. Use of Core/Shell Structured Nanoparticles for Biomedical Aplication. Biomedical Engineering, vol 1. 2008.
15.  Sudaryanto, dkk. Pembuatan Nanopartikel Magnetik Berlapis Polimer Biodegradable dengan Metode Sonokimia. Jurnal Sains Materi Indonesia, vol 8. 2007.
16.  Tatang Wahyudi, Sinta Rismayani. Aplikasi Nanoteknologi Pada Bidang Tekstil. Arena tekstil vol.23 No.2. Balai Besar Tekstil. 2008.
17.  Yan, jixiong, et.al.. Nano Silver-Containganti Bacterial And Antifungal Granules And Methods For Preparing And Using The Same. United States Patent Application Publication. 2002.
18.  Ylitalo, et al.. Silver Ion Releasing Articles and Method of Manufacture. United States Patent Application Publication. 2010.










Read More >>

Senin, 07 November 2011

Pencelupan Kain T/C dengan ZW Reaktif-Dispersi Metoda One Bath One Stage



Pada pencelupan kain T/C dengan zat warna disperse-reaktif terdapat beberapa masalah yaitu sifat bahan terhadap ketahanan kimia, dimana serat polyester tidak tahan terhadap alkali dan serat kapas tidak tahan terhadap asam. Kedua hal itulah yang harus diperhatikan dalam pencelupan kain campuran ini sebagai acuan dalam pemilihan zat warna dan zat pembantu.
Pemilihan zat warna untuk pencelupan T/C metoda one bath one stage haruslah tepat. Disini kita harus memilih zat warna dispersi yang memiliki penodaan pada serat kapas sekecil mungkin, yaitu zat warna dispersi yang bermolekul besar yaitu zat warna disperse tipe C atau D. Karena dengan molekulnya yang besar,  zat warna akan semakin hidrofob sehingga akan terjadi tolak menolak dengan serat kapas dan penodaan semakin kecil.
Untuk mempermudah dalam pencelupan juga, bisa dipilih zat warna reaktif yang fiksasinya dalam suasana netral, yaitu zat warna reaktif dengan gugus reaktif mononicotineacid triazin, sehingga pemilihan zat warna disperse tidak perlu zat warnadispersi yang tahan alkali.
Penggunaan zat warna disperse harus dipilih zat warna disperse yang tahan alkali, karena diakhir pencelupan akan ada penambahan alkali untuk fiksasi zat warna reaktif. Sehingga kita harus memilih zat warna disperse antrakuinon yang tahan zat kimia.
Selain zat warna disperse, pemilihan zat warna reaktif juga harus tepat. Karena proses pencelupan dilakukan pada suhu tinggi, maka kita harus memilih zat warna reaktif yang tahan suhu tinggi, yaitu zat warna reaktif yang bermolekul sangat besar. Karena pada suhu 130oC pori-pori serat akan terbuka besar dan jika menggunakan zw reaktif yang bermolekul kecil maka afiinitasnya akan berkurang yang diakibatkan oleh zat warna yang keluar masuk serat.
Selain ZW, pemilihan zat pembantu juga harus dipilih dengan tepat. Disini harus dipilih zat pendispersi yang tahan garam, yaitu pendispersi nonionic. Pendispersi anionic tidak tahan garam, oleh sebab itu jika kita terpaksa menggunakan pendispersi anionic maka penggunaan garam maksimum adalah 30 g/l, dan itu biasanya digunakan untuk pencelupan warna muda.

untuk melihat metoda 1 bath 2 stage silakan klik di TKP

Read More >>

Sabtu, 05 November 2011

Zat anti bakteri ramah lingkugan^^

Di era globalisasi ini, teknologi di bidang industry semakin hari semakin berkembang. Namun dibalik berkembangnya teknologi tersebut, lingkungan di sekitar rusak dampak dari proses industry. Banyak proses yang menggunakan zat-zat kimia tanpa ada penanganan dari industry itu sendiri.
Di industry tekstil banyak zat-zat kimia yang dapat membahayakan lingkungan, penggunaan asam, basa ataupun zat-zat pembantu lainnya dalam proses manufaktur tekstil dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu saat ini banyak dilakukan penelitian material-material industry yang ramah lingkungan sehingga lingkungan kita akan tetap terjaga.
Beberapa dekade terakhir, banyak perkembangan berbagai teknologi anti bakteri yang meningkatkan kesadaran tentang kebersihan dan gaya hidup sehat. Beberapa zat kimia anti bakteri seperti triklosan, logam dan garam-garamnya, logam organic, fenol, dan senyawa ammonium kuarteer, telah dikembangkan dan bahkan dikomersialkan. Walaupun zat-zat anti bakteri sintesi dapat bekerja dengan efektif membunuh bakteri, zat-zat ini memiliki efek lain terhadap lingkungan yaitu dapat mencemari lingkungan.
Untuk mengurangi pencemaran lingkungan, kita harus merujuk pada ekologi alam,  karena alam tidak mengenal limbah, limbah dari suatu individu akan menjadi makanan bagi individu lainnya.
Tanpa kita sadari, banyak sekali potensi alam yang dapat kita gunakan untuk bidang tekstil. Dengan menggunakan material dari alam, tentunya sifat dari material tersebut tidak akan merusak lingkungan (Ecofriendly). Berbagai macam tanaman dapat kita gunakan untuk berbagai proses manufacturing tekstil seperti untuk proses pencelupan, berupa zat warna alam ataupun penyempurnaan.
Saat ini dikembangkan berbagai bahan dari alam untuk digunakan dalam proses penyempurnaan anti bakteri pada pakaian. Bahan-bahan itu adalah: 
1.    Chitosan
Chitosan [poly- (1-4) - 2- amino- 2- deoxy - b-D-glucan], suatu senyawa polisakarida hasil dari deasetilasi dari chitin, dapat berfungsi sebagai zat anti bakteri yang didapat dari cangkang kelas Crustacea.
Sifat anti bakteri dan anti jamur dari chitosan dipercayai berasal dari polikationik alam yang dapat mengikat permukaan sel bakteri dan setelah itu menghambat perkembangan bakteri.
Chitosan dapat digunakan pada serat kapas dengan bantuan zat pengikat silang seperti glutarik dialdehid and asam polikarboksilat, dengan proses padding kain katun yang telah di beri chitosan dan asam sitrat kemudian dilanjutkan dengan proses curing dengan suhu tinggi. Chito-oligosascharides dapat juga digunakan pada serat kapas tanpa menggunakan zat pengikat silang untuk memberikan sifat anti bakteri dan anti jamur.
struktur kimia kitin dan kitosan


2.   Serisin
Serisin merupakan protein makromolekul yang berasal dari kepompong Bombyk mori dan kandungan serisin tersebut sebesar 25-30%.  Serisin biasanya dihilangkan pada proses pemasakan kain sutra yang kita kenal sebagai degumming.
Sifat dari serat sintetik dapat ditingkatkan dengan melapisi serat dengan serisin sutra. Serisin memodifikasi serat polyester telah diteliti oleh Yamada & Matsunaga dan Wakabayashi dan Sugioka. Modikikasi polyester oleh serisin menyebabkan serat enjadi lima kali lebih hidrofil dibandingkan dengan polyester yang tidak disempurnakan. Walaupun aplikasi serisin sebagai zat anti bakteri tidak dapat dijelaskan, tapi telah ditemukan bahwa serisin (4%) yang menyempurnakan kain polyester menunjukkan terjadi penurunan P. vulgaris sebesar 51% dan 38% untuk S. aureus.

3.   Mahoni
Mahoni (Azadirachta indica), pohon dari india yang diakui sebagai salah satu senyawa yang dapat mengontrol serangga, anti bakteri dan obat. Mahoni biasa digunakan sebagai obat tradisional zaman dulu di india.
Lebih dari 300 senyawa aktif yang berbeda telah dilaporkan berasal dari bagian-bagian yang berbeda pula pada pohon mahoni ini. Namun senyawa yang paling penting adalah limonoids seperti azadirachtin, salannin dan nimbin. Ektrak mahoni telah digunakan secara luas untuk pestisida herbal karena memiliki sifat anti hama dan memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri baik itu gram negative ataupun positif.
Penerapan pada bidang tekstil sebagai zat anti bakteri beberapa paten menggunakan minyak mahoni menggunakan teknik mikrokapsul pada kain kapas, campuran poliester kapas ataupun pada kain wol.

Limonoid aktif pada mahoni

4.   Zat-zat warna alam
Banyak zat warna alam yang berasal dari tanaman seperti buah pomegranate dilaporkan memiliki potensi sebagai zat anti bakteri karena mengandung banyak tannin didalamnya. Kunyit yang sering digunakan sebagai zat warna alam untuk pakaian dan makanan juga berpotensi sebagai zat anti bakteri pada kain wool.  Han dan Yang  melakukan proses penyempurnaannya dengan cara pencelupan, untuk memberikan warna sekaligus memberikan sifat anti bakteri pada kain wol itu. Ketahanan lunturnya semi-durable, dan lebih tahan terhadap pencucian daripada terhadap sinar. Setelah pencucian rumah tangga 30 kali dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan E. Coli sebesar 45% dan 30%.

Struktur kimia Kunyit

Selain itu tannin yang berasal dari polifenol, dapat memberikan sifat anti bakteri lebih luas lagi dengan cara : menghambat metabolism energy dari enzim, menghalangi pembentukan membrane sel, menghalangi pembentukan membrane sel, membentuk ion logam kompleks, dll.

Struktur kimia tanin

5.    Lidah buaya
Lidah buaya selama ini banyak digunakan untuk perawatan kulit. Suatu penelitian menunjukkan bahwa dalam lidah buaya mengandung 75 nutrisi dan 200 senyawa aktif, termasuk 20 mineral, 18 asam amino, dan 12 vitamin.
Lidah buaya juga memiliki sifat anti jamur dan anti bakteri yang dapat diterapkan pada tekstil medis, seperti pada benang jahit, pakaian, tekstil bioaktif dll.
Pada aloevera terdapat polisakarida yang berbeda seperti glukomanan yang memiliki perbedaan berat molekul seperti asetil glukomanan, galaktogalakturan, glukogalaktomanan yang memiliki perbedaan komposisi.
Beberapa tahun lalu, dilakukan penelitian oleh Wasif dkk, untuk menerapkan penyempurnaan anti bakteri pada kain tenun kapas menggunakan gel lidah buaya. Penelitian dilakukan dengan konsentrasi gel aloevera sebesar 5, 10, 15, 20 dan 25 g/l ditambahkan zat pengikat silang glioksal (100 g/l), menggunakan metoda pad-dry-crure. Hasilnya terjadi penurunan koloni bakteri mencapai 80%.



Kompoen gel lidah buaya yang berpotensi sebagai zat anti bakteri

Banyak zat –zat anti bakteri lainnya, namun kali ini hanya bisa dijelaskan sampai disini, he,,,,,
By : die301
Read More >>